Sabtu, 23 Agustus 2025
thumbnail

Harta Yang Paling Berharga Adalah Keluarga

Hari ini kita menggelar jalan santai dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke -32 tahun 2025. Caranya sederhana, cukup Jalan kaki bareng-bareng, ketawa bareng-bareng, dan mudah-mudahan pulangnya juga bareng-bareng. Temanya keren  “Dari Keluarga untuk Indonesia Maju.”

Saya langsung teringat lagu legendaris : Harta Berharga adalah Keluarga. Kalau mendengar kalimat itu, ingatan kita otomatis lompat ke Keluarga Cemara. Sinetron yang tayang pertama kali 6 Oktober 1996. Waktu itu, yang paling ramai di jalan bukan mobil listrik, tapi warung penyewaan VCD.

Cerita Keluarga Cemara sederhana. Tapi justru karena sederhana, dia masuk ke hati. Abah, Emak, Euis, Ara, Agil… nama-nama ini lebih setia menemani kita ketimbang nama-nama di baliho yang numpang senyum di pinggir jalan. Pesannya kuat,  keluarga itu segalanya. Bukan harta, bukan status, bukan ponsel dengan kamera 200 megapiksel.

Dan saya jadi ingat satu kalimat yang kemarin sore lewat di beranda Instagram saya, kalimatnya begini : 
“Jangan terlalu keras pada anakmu. Karena yang dia ingat, bukan salahnya. Tapi nada bicaramu.”

Saya terdiam. Kopi pahit di meja terasa manis dibanding kalimat itu. Nada bicara. Hal yang sering kita remehkan. Padahal justru itu yang membekas. Anak-anak kita tidak selalu ingat kata-kata kita. Tapi mereka hafal cara kita mengucapkannya.

Saya merenung. Apakah dua anak laki-laki saya lebih hafal bentakan saya ketimbang doa saya? Apakah mereka lebih ingat suara tinggi saya ketimbang pelukan saya? Kalau iya, berarti saya gagal.

Karena nanti, ketika kita sibuk mengejar target, tenggelam dalam rapat yang tak kunjung usai, atau larut dalam layar ponsel, anak-anak kita hanya akan membawa satu memori , yakni : Nada bicara kita.

Hari ini saya belajar lagi bahwa  keluarga bukan sekadar punya. Tapi dijaga. Diperlakukan dengan lembut. Dibuat nyaman pulang ke rumah, bukan lari dari rumah.

Selamat Hari Keluarga Nasional ke-32.  Semoga kita lebih pelan dalam bicara, lebih sering dalam memeluk. Dan kalau bisa, jangan sampai anak-anak kita lebih mengenang amarah kita ketimbang pelukan sayang kita. (#)

@yul.lutim
#CamatTomoniTimur
#Harganas2025