Ada yang berbeda di Lapangan Batara Guru, Desa Kertoraharjo, Rabu pagi 23 Juli 2025 kemarin.Langit Tomoni Timur tidak sekadar cerah, tapi seolah ikut menyambut riuh tawa anak-anak yang berlarian penuh semangat. Hari Anak Nasional 2025 bukan sekadar seremonial tahunan.
Bagi Tomoni Timur, tahun ini adalah bukti, bahwa ketika anak-anak diberi ruang, yang tumbuh bukan hanya keceriaan, tapi juga harapan.
Sebanyak dua belas TK dari seluruh kecamatan berkumpul. Tidak hanya dengan murid-murid kecil mereka, tapi juga dengan sesuatu yang tak kalah istimewa , yakni nasi tumpeng. Bukan sekadar sajian tradisional. Tumpeng adalah lambang syukur, doa, dan cinta yang sederhana. Setiap TK membawa satu. Dua belas tumpeng, dua belas cerita, dua belas bentuk kasih yang disantap bersama.
Acara dibuka dengan senam pagi tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat.Gerakan kecil tubuh mungil yang kadang tak seragam, tapi justru menunjukkan makna dari keberagaman. Setelah itu, permainan yang melibatkan anak dan orang tua. Mereka tertawa bersama, jatuh bersama, belajar untuk saling percaya. Di situlah pendidikan karakter dimulai. Bukan di papan tulis. Tapi dalam pelukan, dalam kerja sama, dalam tawa yang tak dibuat-buat.
Camat Tomoni Timur, Yulius, hadir menyaksikan semua. Ia datang bukan hanya untuk membuka acara, tapi untuk menyatakan sikap bahwa masa depan bangsa ini, masa depan daerah ini, ada di tangan-tangan mungil itu. Ia menyampaikan apresiasinya kepada para Bunda PAUD, para guru yang selama ini bekerja dalam senyap, membentuk karakter dari hal-hal yang tak kasatmata. Nilai. Disiplin. Empati.
“Saya berharap kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut, bahkan lebih meriah lagi tahun depan,” ujarnya. Tapi bukan meriah dalam gemerlap, melainkan dalam partisipasi dan kebersamaan. Sebab pendidikan karakter tidak bisa hanya menjadi beban sekolah. Ia adalah tanggung jawab kita semua. Sebagai orang tua. Sebagai masyarakat. Sebagai manusia dewasa yang kelak akan meninggalkan dunia ini pada mereka yang kini sedang kita bimbing.
Acara ditutup dengan pemotongan nasi tumpeng. Setiap TK menyajikan makanannya, dan semua duduk bersama. Makan bersama. Bahagia bersama. Dan sebelum pulang, ada satu momen yang tak kalah menyentuh, para orang tua memberikan bingkisan kecil untuk anak-anak mereka. Sebuah simbol bahwa cinta tak selalu mahal. Tapi harus hadir. Harus ditunjukkan. Harus dirayakan.
Hari Anak Nasional bukan sekadar agenda tahunan. Ia adalah pengingat. Bahwa di tengah dunia yang makin bising dan terburu-buru, ada suara kecil yang harus terus kita dengarkan, suara anak-anak kita. Dan mungkin, seperti hari itu di Tomoni Timur, kita tidak perlu panggung mewah untuk membuat mereka merasa dicintai. Cukup tumpeng sederhana, pelukan hangat, dan kehadiran orang tua yang benar-benar ada.
Karena pada akhirnya, anak-anak tidak hanya butuh diajari. Mereka butuh ditemani.
#yul.lutim
#camattomonitimur
#TomoniTimurPeduliAnak
#HariAnakDenganCinta
#TumpengUntukMasaDepan
#BersamaDidikKarakterBangsa #AnakBahagiaNegeriKuat
Pengunjung Hari Ini
Pengunjung Bulan Ini